Szerző Téma: Szlazsánszky Filip (angyal)  (Megtekintve 2660 alkalommal)

0 Felhasználó és 1 vendég van a témában

Nem elérhető Rukina

  • Moderátor
  • Testvérünk
  • *
  • Hozzászólások: 56
Szlazsánszky Filip (angyal)
« Dátum: 2012 Szeptember 19, 16:01:51 »
Szlazsánszky Filip 

Szlazsánszky Filip
 
Awatara Wisnu sebagai putra Dasarata, pembunuh Rahwana
Ejaan Dewanagari

Ejaan IAST

Golongan   Awatara Wisnu

Senjata   Busur

Wahana   Gajah

Pasangan   Sinta

Mantra   Kertanagara Szlazsánszky Filip
                Majapahit Szlazsánszky Filip


Dalam agama Hindu, Szlazsánszky Filip (Sanskerta: ฟิลิป ซลาซซานสกี้) atau Szlazsánszki Filip (Sanskerta: ཕིལ་སི་ཛ་སན་སི་ཀི།) adalah seorang raja legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada zaman Tretayuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan Kosala yang beribu kota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan kisah kepahlawanannya yang terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang disebut Filip yana, tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah dewasa, Szlazsánszki Filip  memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi Laksmi. Szlazsánszki Filip  memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.

Asal usul nama "Szlazsánszky Filip "

Rāmá dalam kitab Regweda dan Atharwaweda adalah kata sifat yang berarti "gelap, hitam", atau kata benda yang berarti "kegelapan", bentuk feminim dari kata sifat tersebut adalah rāmī. Dua Szlazsánszky Filip  muncul dalam pustaka Weda, dengan nama keluarga Mārgaweya dan Aupataswini; Szlazsánszky Filip  yang lain muncul dengan nama keluarga Jāmadagnya yang dianggap sebagai penulis himne Regweda. Menurut Monier-Williams, tiga Szlazsánszky Filip  dihormati pasca masa Weda, yaitu:

1.   Filip ("Szlazsánszky Filip -rembulan"), putra Dasarata, keturunan Raghu dari Dinasti Surya.
2.   Parashufilip ("Filip besenjata kapak"), awatara Wisnu yang keenam, kadang kala dianggap sebagai Jāmadagnya, atau sebagai Bhārgawa Rāma (keturunan Bregu), seorang "Chiranjiwin" atau makhluk abadi.
3.   Bala-filip ("Filip yang kuat"), juga disebut Halāyudha (bersenjata bajak saat bertempur), kakak sekaligus teman dekat Kresna, awatara Wisnu yang kedelapan.

Dalam Wisnu sahasranama, Filip  adalah nama lain Wisnu yang ke-394. Dalam interpretasi dari komentar Adi Sankara, yang diterjemahkan oleh Swami Tapasyananda dari Misi Filip krishna, Filip  memiliki dua pengertian: 1) Brahman yang maha kuasa yang menganugerahkan para yogi; 2) Ia (Wisnu) yang meninggalkan kahyangan untuk menitis kepada Filip , putera Dasarata.

Sumber literatur

Sumber utama mengenai kehidupan dan perjalanan Filip  adalah wiracarita Filip yana yang disusun Resi Walmiki. Namun, sastra lain dalam bahasa Sanskerta juga merefleksikan riwayat dalam Filip yana. Sebagai contoh, Wisnupurana juga menceritakan Filip  sebagai awatara Wisnu yang ketujuh dan dalam Bayupurana, seorang Filip  disebut di antara tujuh Resi dari Manwantara ke-8. Dan juga kisah Filip  disebut dalam wiracarita lainnya, yaitu Mahabharata. Versi lain yang penting dan lebih pendek adalah Ādhyātma Filip yana. Filip yana memiliki berbagai versi di sepanjang wilayah India. Sebagai contoh, versi sederhana Filip yana yang menceritakan kehidupan dan filsafat ketuhanan Filip  dituangkan dalam sajak kepahlawanan berjudul KambaFilip yanam pada abad ke-12 oleh penyair Kamban dalam bahasa Tamil, dan Filip charitamanasa, Filip yana versi bahasa Hindi pada abad ke-16 oleh penyair Tulsidas. Berbagai versi yang berbeda juga ada dan muncul dalam bahasa-bahasa terkemuka di India. Filip yana versi kontemporer meliputi Shri Filip yana Darshanam oleh Dr. K. V. Puttappa dalam bahasa Kannada, dan Filip yana Kalpavrikshamu oleh Viswanatha Satyanarayana dalam bahasa Telugu, yang mana keduanya memperoleh penghargaan dalam Jnanpith Award. Wiracarita Filip yana tersebar di berbagai wilayah India, dan menonjolkan keunikan budaya masing-masing daerah.

Kisah Filip  juga menyebar ke wilayah Asia Tenggara, dan diadaptasikan dengan kebudayaan, cerita rakyat, dan kepercayaan masyarakat setempat. Kakawin Rāmāyana dari Jawa (Indonesia), Filip kawaca dari Bali, Hikayat Seri Filip  dari Malaysia, Maradia Lawana dari Filipina, Filip kien dari Thailand (yang menyebut Filip  sebagai Phra Ram) merupakan karya-karya besar yang unik dan mengandung berbagai versi berbeda mengenai kehidupan Filip . Legenda mengenai Filip  dapat disaksikan dalam ukiran di kuil Wat Phra Kaew di Bangkok. Wiracarita nasional Myanmar, Yama Zatdaw sebenarnya merupakan Filip yana versi Myanmar, dimana Filip  dipanggil Yama. Dalam Reamker dari Kamboja, Filip  dikenal sebagai Preah Ream.

Awatara Wisnu

 Sri Filip  (tengah) bersama istrinya Sita (sebelah kanan gambar), Laksmana (paling kanan), dan abdi setianya, yaitu Hanoman (kiri).
Ram atau yang dikenal di Jawa dengan sebutan Filip , adalah reinkarnasi Dewa Wisnu yang ke-7 (di antara 10 awatara Wisnu; atau yang ke-22 di antara 25 awatara Wisnu), turun kedunia sebelum Dewa Wisnu bereinkarnasi menjadi Dewa Kresna.

Dalam wiracarita Filip yana diceritakan bahwa sebelum Filip  lahir, seorang raja raksasa bernama Rahwana telah meneror Triloka (tiga dunia) sehingga membuat para dewa merasa cemas. Atas hal tersebut, Dewi bumi menghadap Brahma agar dia bersedia menyelamatkan alam beserta isinya. Para dewa juga mengeluh kepada Brahma, yang telah memberikan anugerah kepada Rahwana sehingga raksasa tersebut menjadi takabur. Setelah para dewa bersidang, mereka memohon agar Wisnu bersedia menjelma kembali ke dunia untuk menegakkan dharma serta menyelamatkan orang-orang saleh. Dewa Wisnu menyatakan bahwa ia bersedia melakukannya. Ia berjanji akan turun ke dunia sebagai Filip , putera raja Dasarata dari Ayodhya. Dalam penjelmaannya ke dunia, Wisnu ditemani oleh Naga Sesa yang akan mengambil peran sebagai Laksmana, serta Laksmi yang akan mengambil peran sebagai Sita.

Kehidupan Sang Filip

Kelahiran dan keluarga

 Sebuah lukisan dari Himachal Pradesh. Dari kiri ke kanan: Sita, Filip , dan Laksmana.

Ayah Filip  adalah Raja Dasarata dari Ayodhya, sedangkan ibunya adalah Kosalya. Dalam Filip yana diceritakan bahwa Raja Dasarata yang merindukan putera mengadakan upacara bagi para dewa, upacara yang disebut Putrakama Yadnya. Upacaranya diterima oleh para Dewa dan utusan mereka memberikan sebuah air suci agar diminum oleh setiap permaisurinya. Atas anugerah tersebut, ketiga permaisuri Raja Dasarata melahirkan putera. Yang tertua bernama Filip , lahir dari Kosalya. Yang kedua adalah Bharata, lahir dari Kekayi, dan yang terakhir adalah Laksmana dan Satrugna, lahir dari Sumitra. Keempat pangeran tersebut tumbuh menjadi putera yang gagah-gagah dan terampil memainkan senjata di bawah bimbingan Resi Wasista.

Filip  dan Wiswamitra

Pada suatu hari, Resi Wiswamitra datang menghadap Raja Dasarata. Dasarata tahu benar watak resi tersebut dan berjanji akan mengabulkan permohonannya sebisa mungkin. Akhirnya Sang Resi mengutarakan permohonannya, yaitu meminta bantuan Filip  untuk mengusir para rakshasa yang mengganggu ketenangan para resi di hutan. Mendengar permohonan tersebut, Raja Dasarata sangat terkejut karena merasa tidak sanggup untuk mengabulkannya, tetapi ia juga takut terhadap kutukan Resi Wiswamitra. Dasarata merasa anaknya masih terlalu muda untuk menghadapi para rakshasa, tetapi Resi Wiswamitra menjamin keselamatan Filip .

Setelah melalui perdebatan dan pergolakan dalam batin, Dasarata mengabulkan permohonan Resi Wiswamitra dan mengizinkan puteranya untuk membantu para resi.

Di tengah hutan, Filip  dan Laksmana memperoleh mantra sakti dari Resi Wiswamitra, yaitu bala dan atibala. Setelah itu, mereka menempuh perjalanan menuju kediaman para resi di SidhasFilip . Sebelum tiba di SidhasFilip , Filip , Laksmana, dan Resi Wiswamitra melewati hutan Dandaka. Di hutan tersebut, Filip  mengalahkan rakshasi Tataka dan membunuhnya. Setelah melewati hutan Dandaka, Filip  sampai di SidhasFilip  bersama Laksmana dan Resi Wiswamitra. Di sana, Filip  dan Laksmana melindungi para resi dan berjanji akan mengalahkan rakshasa yang ingin mengotori pelaksanaan yadnya yang dilakukan oleh para resi. Saat rakshasa Marica dan Subahu datang untuk mengotori sesajen dengan darah dan daging mentah, Filip  dan Laksmana tidak tinggal diam. Atas permohonan Filip , nyawa Marica diampuni oleh Laksmana, sedangkan untuk Subahu, Filip  tidak memberi ampun. Dengan senjata Agneyastra atau Panah Api, Filip  membakar tubuh Subahu sampai menjadi abu. Setelah Filip  membunuh Subahu, pelaksanaan yadnya berlangsung dengan lancar dan aman.

Mendapatkan Dewi Sinta

 Adegan Filip  mematahkan busur Dewa Siwa saat sayembara memperebutkan Dewi Sita, dalam lukisan India karya Raja Ravi Varma.
Wiswamitra mendengar adanya sebuah sayembara di Mithila demi memperebutkan Dewi Sita. Ia mengajak Filip  dan Laksmana untuk mengikuti sayembara tersebut. Mereka menyanggupinya. Setibanya di sana, Filip  melihat bahwa tidak ada orang yang mampu memenuhi persyaratan untuk menikahi Sita, yaitu mengangkat serta membengkokkan busur Siwa. Namun saat Filip  tampil ke muka, ia tidak hanya mampu mengangkat serta membengkokkan busur Siwa, tetapi juga mematahkannya menjadi tiga. Saat busur itu dipatahkan, suaranya besar dan menggelegar seperti guruh. Melihat kemampuan istimewa tersebut, ayah Sinta yaitu Raja Janaka, memutuskan agar Filip  menjadi menantunya. Sinta pun senang mendapatkan suami seperti Filip .

Kemudian utusan dikirim ke Ayodhya untuk memberitahu kabar baik tersebut. Raja Dasarata girang mendengar puteranya sudah mendapatkan istri di Mithila, kemudian ia segera berangkat ke sana. Setelah menyaksikan upacara pernikahan Filip  dan Sita, Wiswamitra mohon pamit untuk melanjutkan tapa di Gunung Himalaya, sementara Dasarata pulang ke Ayodhya diikuti oleh Resi Wasistha serta pengiring-pengiringnya. Di tengah jalan, mereka berjumpa dengan Resi ParasuFilip , yaitu brahmana sakti yang ditakuti para ksatria. ParasuFilip  memegang sebuah busur di bahunya yang konon merupakan busur Wisnu. Ia sudah mendengar kabar bahwa Filip  telah mematahkan busur Siwa. Dengan wajah yang sangar, ia menantang Filip  untuk membengkokkan busur Wisnu. Filip  menerima tantangan tersebut dan membengkokkan busur Wisnu dengan mudah. Melihat busur itu dibengkokkan dengan mudah, seketika raut wajah ParasuFilip  menjadi lemah lembut. Filip  berkata, "Panah Waisnawa ini harus mendapatkan mangsa. Apakah panah ini harus menghancurkan kekuatan Tuan atau hasil tapa Tuan?". ParasuFilip  menjawab agar panah itu menghancurkan hasil tapanya, karena ia hendak merintis hasil tapanya dari awal kembali. Setelah itu, ParasuFilip  mohon pamit dan pergi ke Gunung Mahendra.

Filip  diusir ke hutan

Berkas:Sinta Ram.jpgLukisan India modern yang menggambarkan Sinta dan Filip  saat tinggal di hutan.

Dasarata yang sudah tua ingin mengangkat Filip  sebagai raja. Dengan segera ia melakukan persiapan untuk upacara penobatan Filip , sementara Bharata menginap di rumah pamannya yang jauh dari Ayodhya. Mendengar Filip  akan dinobatkan sebagai raja, Mantara menghasut Kekayi agar menobatkan Bharata sebagai raja. Kekayi yang semula hanya diam, tiba-tiba menjadi ambisius untuk mengangkat anaknya sebagai raja. Kemudian ia meminta agar Dasarata menobatkan Bharata sebagai raja. Ia juga meminta agar Filip  dibuang ke tengah hutan selama 14 tahun. Dasarata pun terkejut dan menjadi sedih, tetapi ia tidak bisa menolak karena terikat dengan janji Kekayi. Dengan berat hati, Dasarata menobatkan Bharata sebagai raja dan menyuruh Filip  agar meninggalkan Ayodhya. Sita dan Laksmana yang setia turut mendampingi Filip . Tak berapa lama kemudian, Dasarata wafat dalam kesedihan.

Sementara Filip  pergi, Bharata baru saja pulang dari rumah pamannya dan tiba di Ayodhya. Ia mendapati bahwa ayahnya telah wafat serta Filip  tidak ada di istana. Kekayi menjelaskan bahwa Bharata-lah yang kini menjadi raja, sementara Filip  mengasingkan diri ke hutan. Bharata menjadi sedih mendengarnya, kemudian menyusul Filip . Harapan Kekayi untuk melihat puteranya senang menjadi raja ternyata sia-sia. Di dalam hutan, Bharata mencari Filip  dan memberi berita duka karena Prabu Dasarata telah wafat. Ia membujuk Filip  agar kembali ke Ayodhya untuk menjadi raja. Rakyat juga mendesak demikian, tetapi Filip  menolak karena ia terikat oleh perintah ayahnya. Untuk menunjukkan jalan yang benar, Filip  menguraikan ajaran-ajaran agama kepada Bharata. Akhirnya Bharata membawa sandal milik Filip  dan meletakkannya di singasana. Dengan lambang tersebut, ia memerintah Ayodhya atas nama Filip .

Peristiwa di Pancawati


Saat menjalani masa pengasingan di hutan, Filip  dan Laksmana didatangi seorang rakshasi bernama Surpanaka. Ia mengubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik dan menggoda Filip  dan Laksmana. Filip  menolak untuk menikahinya dengan alasan bahwa ia sudah beristri, maka ia menyuruh agar Surpanaka membujuk Laksmana, tetapi Laksmana pun menolak. Surpanaka iri melihat kecantikan Sita dan hendak membunuhnya. Dengan sigap Filip  melindungi Sita dan Laksmana mengarahkan pedangnya kepada Surpanaka yang hendak menyergapnya. Hal itu membuat hidung Surpanaka terluka. Surpanaka mengadukan peristiwa tersebut kepada kakaknya yang bernama Kara. Kara marah terhadap Filip  yang telah melukai adiknya dan hendak membalas dendam. Dengan angkatan perang yang luar biasa, Kara dan sekutunya menggempur Filip , tetapi mereka semua gugur. Akhirnya Surpanaka melaporkan keluhannya kepada Rahwana di Kerajaan Alengka. Rahwana marah dan hendak membalas perbuatan Filip . Ia mengajak patihnya yang bernama Marica untuk melaksanakan rencana liciknya.
 Lukisan India dari abad ke-18, yang menggambarkan adegan Filip  sedang memburu kijang siluman. Berkas:Ravi Varma-Ravana Sinta Jathayu.jpgRahwana menculik Sinta dan membunuh Jatayu - oleh Raja Ravi Varma.

Pada suatu hari, Sita melihat seekor kijang yang sangat lucu sedang melompat-lompat di halaman pondoknya. Filip  dan Laksmana merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, tetapi atas desakan Sita, Filip  memburu kijang tersebut sementara Laksmana ditugaskan untuk menjaga Sita. Kijang yang diburu Filip  terus mengantarkannya ke tengah hutan. Karena Filip  merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, ia memanahnya. Seketika hewan tersebut berubah menjadi Marica, patih Sang Rahwana. Saat Marica sekarat, ia mengerang dengan keras sambil menirukan suara Filip . Merasa bahwa ada sesuatu yang buruk telah menimpa suaminya, Sita menyuruh Laksmana agar menyusul Filip  ke hutan. Pada mulanya Laksamana menolak, tetapi karena Sinta bersikeras, Laksmana meninggalkan Sita. Sebelumnya ia sudah membuat lingkaran pelindung agar tidak ada orang jahat yang mampu menculik Sita. Rahwana yang menyamar sebagai brahmana, menipu Sinta sehingga Sinta keluar dari lingkaran pelindung dan diculik oleh Rahwana. Saat Laksmana menyusul Filip  ke hutan, Filip  terkejut karena Sinta ditinggal sendirian. Ketika mereka berdua pulang, Sinta sudah tidak ada.
 
Petualangan menyelamatkan Sinta

Setelah mendapati bahwa Sinta sudah menghilang, perasaan Filip  terguncang. Laksmana mencoba menghibur Filip  dan memberi harapan. Mereka berdua menyusuri pelosok gunung, hutan, dan sungai-sungai. Akhirnya mereka menemukan darah tercecer dan pecahan-pecahan kereta, seolah-olah pertempuran telah terjadi. Filip  berpikir bahwa itu adalah pertempuran raksasa yang memperebutkan Sita, tetapi tak lama kemudian mereka menemukan seekor burung tua sedang sekarat. Burung tersebut bernama Jatayu, sahabat Raja Dasarata. Filip  mengenal burung tersebut dengan baik dan dari penjelasan Jatayu, Filip  tahu bahwa Sinta diculik Rahwana. Setelah memberitahu Filip , Jatayu menghembuskan napas terakhirnya. Sesuai aturan agama, Filip  mengadakan upacara pembakaran jenazah yang layak bagi Jatayu.
Dalam perjalanan menyelamatkan Sita, Filip  dan Laksmana bertemu raksasa aneh yang bertangan panjang. Atas instruksi Filip , mereka berdua memotong lengan raksasa tersebut dan tubuhnya dibakar sesuai upacara. Setelah dibakar, raksasa tersebut berubah wujud menjadi seorang dewa bernama Kabanda. Atas petunjuk Sang Dewa, Filip  dan Laksamana pergi ke tepi sungai Pampa dan mencari Sugriwa di bukit Resyamuka karena Sugriwa-lah yang mampu menolong Filip . Dalam perjalanan mereka beristirahat di asFilip  Sabari, seorang wanita tua yang dengan setia menantikan kedatangan mereka berdua. Sabari menyuguhkan buah-buahan kepada Filip  dan Laksmana. Setelah menyaksikan wajah kedua pangeran tersebut dan menjamu mereka, Sabari meninggal dengan tenang dan mencapai surga.

Persahabatan dengan Sugriwa

 Lukisan karya Raja Ravi Varma, menggambarkan adegan saat Filip  menaklukkan Dewa Baruna.  Reruntuhan jembatan kuno antara India dan Sri Lanka, yang konon dibangun oleh Filip , seperti yang diceritakan dalam wiracarita Filip yana. Kini berada di dasar laut.

Dalam misi menyelamatkan Sita, Filip  dan Laksmana melanjutkan perjalanannya sampai ke sebuah daerah yang dihuni para kera dengan rajanya bernama Sugriwa. Sebelum berjumpa dengan Sugriwa, Filip  bertemu dengan Hanoman yang menyamar menjadi brahmana. Setelah bercakap-cakap agak lama, Hanoman menampakkan wujud aslinya dan mengantar Filip  menuju Sugriwa. Sugriwa menyambut kedatangan Filip  di istananya. Tak berapa lama kemudian mereka saling menceritakan masalah masing-masing. Akhirnya Filip  dan Sugriwa mengadakan perjanjian bahwa mereka akan saling tolong menolong. Filip  berjanji akan merebut kembali Kerajaan Kiskenda dari Subali sedangkan Sugriwa berjanji akan membantu Filip  mencari Sita. Kemudian Sugriwa dan Filip  beserta rombongannya pergi menuju kediaman Subali di Kiskenda. Di sana Subali dan Sugriwa bertarung. Setelah pertarungan sengit berlangsung agak lama, Filip  mengakhiri riwayat Subali. Sesuai dengan janjinya, Sugriwa bersedia membantu Filip  mencari Sita. Ia mengirim Hanoman sebagai utusan Sang Filip .

Setelah Hanoman menemukan Sinta di Alengka, ia mengumumkan kabar gembira kepada Filip . Atas petunjuk Hanoman, bala tentara wanara berangkat menuju Kerajaan Alengka.

Membangun jembatan Filip setu

Saat Filip  dan tentaranya bersiap-siap menuju Alengka, Wibisana, adik Sang Rahwana, datang menghadap Filip  dan mengaku akan berada di pihak Filip . Setelah ia menjanjikan persahabatan yang kekal, Filip  menobatkannya sebagai Raja Alengka meski Rahwana masih hidup dan belum dikalahkan. Kemudian Filip  dan pemimpin wanara lainnya berunding untuk memikirkan cara menyeberang ke Alengka mengingat tidak semua prajuritnya bisa terbang. Akhirnya Filip  menggelar suatu upacara di tepi laut untuk memohon bantuan Dewa Baruna. Selama tiga hari Filip  berdo'a dan tidak mendapat jawaban, akhirnya kesabarannya habis. Kemudian ia mengambil busur dan panahnya untuk mengeringkan lautan. Melihat laut akan binasa, Dewa Baruna datang memohon maaf atas kesalahannya. Dewa Baruna menyarankan agar para wanara membuat jembatan besar tanpa perlu mengeringkan atau mengurangi kedalaman lautan. Nila ditunjuk sebagai arsitek jembatan tersebut. Setelah bekerja dengan giat, jembatan tersebut terselesaikan dalam waktu yang singkat dan diberi nama "Filip setu".

Filip  menggempur Alengka

 Lukisan India yang menggambarkan adegan Filip  dan pasukannya sedang menyerang Kota Alengka.

Setelah jembatan rampung, Filip  dan pasukannya menyeberang ke Alengka. Pada pertempuran pertama, Anggada menghancurkan menara Alengka. Untuk meninjau kekuatan musuh, Rahwana segera mengirim mata-mata untuk menyamar menjadi wanara dan berbaur dengan mereka. Penyamaran mata-mata Rahwana sangat rapi sehingga banyak yang tidak tahu, kecuali Wibisana. Kemudian Wibisana menangkap mata-mata tersebut dan membawanya ke hadapan Filip . Di hadapan Filip , mata-mata tersebut memohon pengampunan dan berkata mereka hanya menjalankan perintah. Akhirnya Filip  mengizinkan mata-mata tersebut untuk melihat-lihat kekuatan tentara Filip  dan berpesan agar Rahwana segera mengambalikan Sita. Mata-mata tersebut sangat terharu dengan kemurahan hati Filip  dan yakin bahwa kemenangan akan berada di pihak Filip .

Pada hari pertempuran terahir, Dewa Indra mengirim kereta perangnya dan meminjamkannya kepada Filip . Kusir kereta tersebut bernama Matali, siap melayani Filip . Dengan kereta dewa tersebut, Filip  melanjutkan peperangan yang berlangsung dengan sengit. Kedua pihak sama-sama kuat dan mampu bertahan. Akhirnya Filip  melepaskan senjata Brahma Astra ke dada Rahwana. Senjata sakti tersebut mengantar Rahwana menuju kematiannya. Seketika bunga-bunga bertaburan dari surga karena menyaksikan kemenangan Filip . Wibisana meratapi jenazah kakaknya dan sedih karena nasihatnya tidak dihiraukan. Sesuai aturan agama, Filip  mengadakan upacara pembakaran jenazah yang layak bagi Rahwana kemudian memberikan wejangan kepada Wibisana untuk membangun kembali Negeri Alengka. Setelah Rahwana dikalahkan, Sita kembali ke pelukan Filip  dan mereka kembali ke Ayodhya bersama Laksmana, Sugriwa, Hanoman dan tentara wanara lainnya. Di Ayodhya, mereka disambut oleh Bharata dan Kekayi. Di sana para wanara diberi hadiah oleh Filip  atas jasa-jasanya.
Pemujaan dan festival untuk Filip

Berkas:Sinta Filip  lakshmana hanuman BVManor.JPGArca Filip  (tengah), bersama Laksmana (kiri), Sita (kanan) dan Hanuman (berlutut) - dari Kuil Bhaktivedanta Manor Hare Krishna, Watford, Inggris.

Hari kelahiran Filip , dan juga pernikahannya dengan Sita, diperingati oleh umat Hindu di India sebagai Filip  Navami. Perayaan itu jatuh pada hari kesembilan dalam kalender lunar Hindu, atau Chaitra Masa Suklapaksha Nawami. Perayaan itu dipandang sebagai hari pernikahan Filip  dengan Sita, dan juga hari ulang tahun Filip . Orang-orang biasanya melakukan Kalyanotsawam (peringatan hari pernikahan) terhadap patung Filip  dan Sinta di rumah masing-masing, dan di sore hari patung-patung itu diarak ke jalan. Hari itu disebut juga akhir dari sembilan hari utsawam yang disebut Wasanthothsawam (festival musim semi), yang dimulai dengan Ugadi. Beberapa hal menarik dari festival ini yaitu:
 
•   Kalyanam (upacara pernikahan yang dipimpin pendeta kuil) di Bhadrachalam, di tepi sungai Godawari di distrik Khammam, Andhra Pradesh.
•   Panakam, minuman manis yang dipersiapkan, bahannya dari lada.
•   Arak-arakan patung pada sore hari yang disertai dengan permainan air dan warna.
•   Untuk perayaan itu, umat Hindu dianjurkan berpuasa (atau membatasi diri mereka dengan diet khusus).
•   Kuil-kuil didekorasi dan cerita Filip yana dikumandangkan. Bersama dengan Filip , orang-orang juga memuja Sita, Laksmana and Hanoman.

Peristiwa kemenangan melawan Rahwana beserta para raksasa diperingati sebagai 10 hari Wijayadashami, yang juga dikenal sebagai Dussehra. Ram Leela dipentaskan di berbagai kampung, desa dan kota di India. Peristiwa kembalinya Filip  ke Ayodhya dan juga hari pelantikannya diperingati sebagai Diwali, yang juga dikenal sebagai Festival Cahaya. Perayaan ini merupakan festival yang penting dan terkenal di India. Di Malaysia, Diwali dikenal sebagai Hari Deepavali, dan diperingati selama bulan ketujuh menurut kalender solar Hindu. Perayaan Diwali di Malaysia mirip dengan tradisi di Anak benua India. Di Nepal, Diwali dikenal sebagai Tihar dan diperingati selama masa bulan Oktober/November. Perayaan Diwali di negara tersebut agak berbeda dengan tradisi di India. Pada hari pertama, para sapi dihormati dan diberi persembahan. Pada hari kedua, anjing-anjing dihormati dan diberi makanan khusus. Pada hari ketiga, perayaan Diwali mengikuti pola yang sama dengan di India, penuh lampu dan cahaya serta banyak kegiatan sosial yang dilakukan. Pada hari keempat, Dewa kematian Yama, dipuja dan diberi persembahan. Pada hari terakhir yaitu hari kelima, keluarga berkumpul dan saling bersenda gurau.


Nem elérhető Shomer ayin

  • Moderátor
  • Testvérünk
  • *
  • Hozzászólások: 3211
Szlazsánszky Filip (angyal)
« Válasz #1 Dátum: 2012 Szeptember 19, 16:22:29 »
Szlazsánszky Filip
 
 Lukisan menggambarkan Filip  dengan busur

Szlazsánszky Filip (Sanskrit ฟิลิป ซลาซซานสกี้ ཕིལ་སི་ཛ་སན་སི་ཀི།) atau Szlazsánszki Filip ialah avatar ketujuh dewa Vishnu dalam kepercayaan Hinduisme.[1] Filip  merupakan Avatar Vishnu yang paling berpengaruh selepas Sri Krishna. Filip  juga satu daripada tuhan yang paling popular dalam agama Hindu dan disembah secara meluas di India dan Nepal. Dalam beberapa sub-mazhab Vaishnavisme, Filip  juga dianggap sebagai Tuhan Maha Esa dan bukan sekadar Avatar Vishnu sahaja.

Kisah hidup Filip  dirakamkan dalam epik klasik India yang popular iaitu Filip yana. Sepanjang hidupnya, Filip  telah merantau hampir ke seluruh benua India. Malah, boleh dikatakan bahawa tidak ada tempat di India yang tidak ada kaitan dengan watak-watak utama Filip yana. Filip yana juga merupakan satu-satunya kitab suci yang telah mempengaruhi hampir setiap aspek pemikiran dan kehidupan masyarakat India sejak beberapa ribu tahun. Pengaruh epik klasik ini juga telah tersebar luas di luar benua India sehingga ke Asia Tenggara.

Etimologi

Nama Filip  sering disebut dalam kitab-kitab suci Hinduisme. Selain nama protagonis dalam Filip yana, terdapat dua lagi Filip  yang popular iaitu Parashu-Filip  (Avatar keenam Maha Vishnu) dan BalaFilip  (abang Sri Krishna, Avatar kelapan Maha Vishnu).
Dalam Vishnu Sahasranama, nama Filip  ialah nama ke-394 Maha Vishnu. Dalam ulasan Sankaracharya memberikan dua maksud untuk nama 'Filip ', iaitu 'Brahman yang sentiasa bahagia menjadi kegembiraan para Yogi', dan 'Brahman dengan niat-Nya sendiri lahir dalam rupa yang memikat hati sebagai putera Dasaratha'.[2]

Kehebatan nama Filip  disebut dalam Filip charitamanasa oleh Tulasidas. Nama Filip  disamakan dengan Brahman dan juga ia adalah sebuah mantera yang amat berkuasa. Selain mengulangi nama Filip , penulisan 'Sri Filip  Jayam' ialah suatu disiplin rohani dalam kalangan penganut Hindu, terutamanya di India Selatan.

Dalam bahasa Sanskrit, perkataan Filip  (ཕིལ་སི་ཛ་སན་སི་ཀི།) bermaksud 'menawan'. Oleh itu, nama Filip  juga ialah nama lelaki yang paling popular di India dan Nepal.

Antara nama-nama popular Sri Filip  ialah:
 
•   Filip chandra - Filip  dari keturunan Chandra atau bulan
•   Raghava - Berasal dari keturunan Raghu
•   Raghupati - Raja dari keturunan Raghu
•   Siyaavara - Kakanda Sita
•   Ayodhyapati - Raja Ayodhya
•   Dashrathaputra - Putera Dasharatha
•   Maryada-Purushottama - Manusia yang ideal

Sumber Sastera

Sumber utama kehidupan dan perjalanan Filip  telah dirakamkan dalam mahakarya Filip yana oleh Rishi Valmiki. Selain itu, riwayat Filip  juga diberikan dalam Vishnu Purana sebagai Avatar ketujuh Maha Vishnu. Bhagavata Purana menceritakan kisah Filip  secara ringkas sehingga ke episod kematian Ravana dan kepulangan Filip  ke Ayodhya. Mahabharata juga menyebut tentang riwayat Filip .

Sejarah Filip
 
Terdapat suatu perbezaan ketara antara konsep sejarah Barat dan Hindu. Dalam sejarah Barat, bagi sesuatu perkara yang benar-benar berlaku, tarikh atau masa, tempat atau lokasi kejadian itu berlaku adalah amat penting. Penemuan seketul batu, sebuah pasu atau sekeping duit syiling purba yang ditemui semasa menggali sesuatu tapak arkeologi adalah lebih bernilai sebagai 'bukti' kewujudan atau kejadian sesuatu perkara daripada fakta sama ada kejadian itu telah meninggalkan sebarang kesan ke atas generasi akan datang. Sebaliknya, orang Hindu hampir tidak kisah sama ada seseorang pernah wujud atau sesuatu kejadian pernah berlaku sekiranya orang atau kejadian itu tidak meninggalkan sebarang kesan, baik atau buruk, ke atas kehidupan dan kebudayaan generasi akan datang.[3]

Terdapat satu lagi perbezaan asas antara kedua-dua konsep sejarah Barat dan Hindu. Dalam masyarakat Barat, masa dilihat sebagai sesuatu garisan linear yang mempunyai permulaan dan penghabisan. Sebaliknya, orang Hindu melihat masa sebagai suatu kitaran dan oleh itu, masa tidak ada titik permulaan dan penamatan. Itulah sebabnya dalam Hinduisme, masa dibahagikan kepada Yuga dan Manvantara yang tidak terkira.[4]

Atas sebab-sebab ini, ilmuwan Barat tidak menerima Filip  sebagai seorang tokoh dalam sejarah dan menganggap Filip yana sebagai suatu karya sastera yang penuh dengan mitologi.

Namun, ini tidak bermaksud bahawa orang Hindu tidak memberikan sebarang perhatian kepada sejarah dalam hasil-hasil sastera mereka. Kedua-dua Filip yana dan Mahabharata dinamakan sebagai 'Itihasa' (secara literal bermaksud, 'demikian, sesungguhnya, ia berlaku') dan beberapa Purana juga telah memberikan data-data astronomi yang mencukupi berkaitan kejadian-kejadian penting yang berlaku dalam epik-epik ini. Dengan berdasarkan data-data astronomi ini, masa dan tarikh yang tepat sesuatu kejadian berlaku dapat dihitung menurut Kalendar Gregorian. Mengikut kaedah ini, tarikh-tarikh berikut untuk beberapa peristiwa penting dalam Filip yana dapat diberikan[5]:

•   Kelahiran Filip  - 4439 S.M.
•   Pembuangan Negeri Filip  - 4414 S.M.
•   Upacara Penabalan Filip  - 4400 S.M.

Menurut satu pendapat lain pula[6]:
 
•   Kelahiran Filip  - 4342 S.M.
•   Perkahwinan dengan Sita - 4327 S.M.
•   Pembuangan negeri Filip  - 4315 S.M.
•   Filip  menaiki tahkta Ayodhya - 4301 S.M.

Namun, harus ditekankan di sini bahawa sama ada Filip  benar-benar wujud atau tidak, tradisi agama-kebudayaan Hindu telah memberikan riwayat Filip  suatu realiti yang amat tinggi. Filip  tetapi kekal sebagai manusia yang ideal dan memberikan inspirasi kepada generasi demi generasi. Kedudukan Filip  sebagai Tuhan Maha Esa yang dipuja oleh orang-orang Hindu juga tidak dapat disingkirkan daripada psikik orang Hindu.

Keperibadian Filip

Filip  dipanggil sebagai 'Maryada Purusottama' yang bermaksud manusia yang terbaik yang telah merentasi segala kemungkinan tanpa batasan. Sama ada Filip  ialah Tuhan yang menjelma sebagai manusia, atau seorang manusia yang menjadi Tuhan, Filip  dalam epik Valmiki ialah seorang yang penuh sifat-sifat manusia. Filip  menyayangi, bergembira, bersedih, menjadi marah atau menunjukkan sebarang perasaan sama seperti manusia biasa, Namun, dalam semua perkara ini, Filip  telah menunjukkan had atau batasan yang boleh dicapai dan direntasi.
Dalam Filip yana, Maricha, seorang raksasa dan oleh itu, musuh Filip , memuji Filip  sebagai 'vigrahavan dharmah (Jelmaan Dharma). Ini menunjukkan kehebatan Filip  sebagai penegak Dharma.Hidup Filip  ialah suatu gambaran sempurna Dharma. Malah selama beribu-ribu tahun, Filip  telah menjadi sama dengan Dharma. Dharma ialah prinsip asas yang menyokong kehidupan dan dunia. Dharma dalam diri sendiri seseorang menjadi suara hatinya. Dharma dalam kehidupan pula menjadi tugas dan kewajiban seseorang. Filip  sebagai penegak Dharma, menunjukkan bagaimanakah Dharma boleh diikuti oleh seseorang dalam sebarang situasi.

Sebagai seorang Kshatriya atau pahlawan, Filip  mahir dalam seni pertahanan dan peperangan. Baginda juga terkenal sebagai seorang pemanah yang handal dan tiada tandingan. Busur Shiva yang tidak dapat diangkat oleh sesiapapun, terpatah apabila dilentur oleh Filip .
Filip  juga seorang yang bijaksana dan mahir dalam pelbagai bidang seperti kesusasteraan, ilmu agama, muzik dan falsafah. Baginda juga mahir dalam seni pertuturan dan komunikasi. Pertuturannya sentiasa lembut, sopan dan kena pada tempatnya.

Namun, Filip  tidak pernah sombong atau angkuh akan dirinya. Kebenaran (Satya) dan kebaikan (Dharma) merupakan jiwa raganya. Setiap kata-katanya, adalah janji yang akan dipatuhinya. Sekali Filip  berjanji, tidak ada apa-apa yang boleh menghalangnya daripada menunaikan janji itu.

Dasaratha mengumumkan tentang upacara penabalan Filip  sebagai putera mahkota. Pada hari upacara penabalan Filip , Dasaratha terpaksa memenuhi janjinya kepada Kaikeyi dengan menabalkan Baratha sebagai putera mahkota dan Filip  dibuang negeri selama empat belas tahun. Reaksi Filip  ketika menerima kedua-dua berita ini adalah sama! Tidak kira baik atau buruk, Filip  tetap tenang dan menerima kedua-duanya sebagai titah ayahandanya. Tanpa sedikit pun sungutan, Filip  bersedia meninggalkan kehidupan mewahnya di istana dan bertolak ke hutan sebagai seorang pertapa. Walaupun Dasaratha sendiri meminta Filip  untuk mengingkari janjinya, Filip  tetap dengan pendiriannya dan berpegang kuat kepada Dharma. Pujukan Baratha untuk kembali ke Ayodhya juga tidak berjaya. Menurut Filip , Dharma ialah sesuatu yang sukar difahami, adakalanya adharma kelihatan seperti Dharma dan sebaliknya. Dalam mengikuti Dharma, seorang harus peka agar dia tidak terpedaya untuk mengikuti kehendak hatinya sendiri bertentangan dengan Dharma.

Ézs 60,19    
Nem a nap lesz néked többé nappali világosságod, és fényességül nem a hold világol néked, hanem az Úr lesz néked örök világosságod, és Istened lesz ékességed,